Penulis Suhaiela Bahfein | Editor Hilda B Alexander

JAKARTA, KOMPAS.com – Provinsi Jawa Tengah memiliki angka backlog (kebutuhan) rumah penduduk miskin sebanyak 419.00 unit berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) 2020.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan. Kawasan Permukiman Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Arief Djatmiko mengungkapkan, Provinsi Jateng memang menyasar dalam memenuhi backlog perumahan miskin, bukan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

“Nah, mungkin ini bedanya dengan daerah lain. Jateng betul-betul menyasar penduduk miskin dan statusnya tercatat sebagai masyarakat miskin, sehingga bukan MBR,” jelas Arief dalam webinar Hari Perumahan Nasional (Hapernas) 2021.
Fenomena ini berbeda bagi maasyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang bisa mendapatkan subsidi rumah melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari bank.

Sementara masyarakat miskin, kata Arief, tentu tidak mampu mendapatkan pinjaman atau subsidi dari bank.
Oleh karena itu, Provinsi Jateng memiliki beberapa program bantuan rumah dalam mengatasi permasalahan tersebut melalui Bantuan Stimulan Rumah Sederhana Sehat dan bantuan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni (RTLH).
Untuk Bantuan Stimulan Rumah Sederhana Sehat yaitu berupa pembangunan rumah baru yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD Provinsi Jateng).

Sementara bantuan peningkatan kualitas RTLH berupa Bantuan Keuangan Pemerintah Desa (BankeuPemdes), dana yang didapatkan berasal dari APBD Provinsi Jateng.

Lalu, juga ada bantuan RTLH yang sumber dananya berasal dari APBD Kabupaten/Kota, lalu Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari Pemerintah Pusat, serta dana desa dan Corporate Social Responsibility (CSR).

Melalui beragam bantuan tersebut, Provinsi Jateng dapat membangun 102.000 unit rumah pada tahun 2019.
Meski begitu, pada tahun 2020, pembangunan rumah hanya bisa terlaksana untuk 72.000 unit akibat terdampak Pandemi Covid-19.

Arief dapat memastikan, bantuan pembangunan rumah di Provinsi Jateng akan mengalami penurunan kembali. Sebab, dari target 100.000 unit, baru tercapai 15.000 unit hingga saat ini.

“Nah, ini yang menjadi evaluasi kami,” tutup dia

Sumber : Kompas.com

Related Articles