Promosi potensi investasi yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot-red) Pekalongan memberi hasil nyata, buktinya adalah berdirinya hotel-hotel berbintang “Branded” di kota yang terkenal dengan kota “Batik” ini.

Menurut Kepala Bidang Perizinan Pemkot.Pekalongan Budiono, kamis (02/01/2014), “setidaknya ada 6 hotel sekelas bintang 3 yang telah mendapatkan ijin beroperasi dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) kota Pekalongan.

Hotel-hotel baru tersebut ada yang sudah beroperasi seperti hotel Dafam dan hotel Horison, ada juga yang masih dalam proses pembangunan; hotel Santika, Aston Grand Batik hotel, hotel The Sidji, dan hotel Namira. “Pemkot.Pekalongan sangat Pro-Investasi dan menyambut baik para investor untuk menanamkan modalnya disini, lanjut Budiono bahkan Walikota Pekalongan dr.HM. Basyir Ahmad mewanti-wanti pada jajarannya agar melayani para investor dengan sebaik-baiknya, seprima-primanya, dan senyaman-nyamannya,” tegasnya lagi.

Kehadiran 6 hotel baru yang dikelola oleh jaringan operator hotel berkelas nasional ini dinilai ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Pekalongan Syamsul Bakhri akan meningkatkan persaingan antar hotel berbintang. “Perang tarif antar hotel berbintang pasti bakalan terjadi,“ katanya kepada Properti Pantura, “dengan munculnya hotel-hotel baru maka hotel-hotel lama akan terkena dampaknya yakni penurunan jumlah tamu”, lanjut Syamsul Bakhri.

Menurutnya, jumlah anggota PHRI Pekalongan yang berada dalam organisasinya saat ini ada 33 hotel yang terbagi dalam 3 kelas hotel masing-masingnya hotel non bintang, hotel bintang 1, bintang 2 dan bintang 3. Dari ke-6 hotel baru yang telah mendapatkan ijin beroperasi, hanya 2 hotel yang telah bergabung menjadi anggota PHRI Pekalongan yakni hotel Dafam dan hotel Horison.

Dari kaca mata pengalaman 30 tahun Syamsul Bakhri dalam memimpin PHRI Pekalongan, kondisi bisnis perhotelan di kota yang dikenal juga sebagai kota santri ini dari tahun ke tahun belum terlihat fantastis utamanya dari sisi revenue perusahaan sehingga masuk dalam kategori investasi jangka panjang, hanya saja ada kesan dan anggapan di masyarakat bahwa pengusaha yang memiliki hotel itu dipandang lebih “Prestige”.

Lalu mengapa dalam 2-3 tahun terakhir di kota Pekalongan terlihat bermunculan-berdiri hotel-hotel baru, apa yang menjadi pertimbangan bisnis mereka?, menurut pemaparan dari para pengelola hotel baru ini keberadaan mereka di kota Pekalongan berdasarkan beberapa hal pertimbangan, yang pertama adalah adanya penawaran investasi dari Pemkot.Pekalongan sendiri tentang kebutuhan hotel yang berkualitas di kota Pekalongan, kedua letak kota Pekalongan yang tepat berada ditengah-tengah jalur utama Jakarta-Surabaya sehingga menjadikan kota ini sebagai kota transit, ketiga bahwa Pekalongan dikenal sebagai kota industri “Batik” sehingga banyak para pelancong yang memanfaatkan waktu transitnya disini untuk berbelanja bahkan kulakan batik, dan keempat ini adalah tujuan yang paling meyakinkan para investor dalam berinvestasi hotel di kota Pekalongan yakni adanya Megaproyek PLTU Batang.

Proyek industri listrik nasional berkekuatan 2×1000 megawatt yang dibiayai oleh konsorsium (kerjasama dua negara-red) antara 2 perusahaan Jepang dan 1 perusahaan Indonesia bernilai investasi sekitar US$ 4 miliar ini mampu menjadi katalisator baru peningkatan laju perputaran ekonomi lokal di Kabupaten Batang sendiri dan kota Pekalongan sebagai penyangga perdagangan dan jasa terdekatnya.

Menurut Susilo, bagian Community Development PT. Bhimasena Power Indonesia (Perusahaan Pelaksana Pengembangan Proyek PLTU Batang-red), “hotel Dafam merupakan satu-satunya dari ke-6 hotel baru yang dipilih menjadi hotel tempat menginap bagi para top manajer dan ekspatriat, “Sedangkan Sahid Mandarin hotel (termasuk hotel lama di Pekalongan-red) lantai dasarnya disewa untuk dijadikan kantor manajemen proyek, bagian-bagian organisasi kantor seperti; HRD, Sipil, Finance, dan staff-staff lainnya berkantor disini, “untuk kebutuhan ruang meeting baik skala kecil ataupun besar bahkan pada event-event tertentu yang lebih besar lagi, kami menggunakan Ballroom Sahid International Convention Center,” ungkapnya.

“Secara struktural berdasar schedule proyek, pada masa pra konstruksi ini kebutuhan seperti tempat penginapan dan kantor bagi manajemen proyek PLTU Batang sudah terpenuhi, tapi tidak menutup kemungkinan pada masa konstruksi nanti akan terjadi peningkatan volume pekerjaan sehingga terjadi penambahan personel baik di level high technology sampai pada pelaksana tingkat dibawahnya, tambahnya, masa konstruksi nanti akan berjalan selama 4 tahun dan mampu menyerap hingga 5000 orang tenaga kerja”.

Menurut Syamsul Bakhri ketua PHRI Pekalongan, yang perlu digenjot oleh pemerintah kota Pekalongan dalam mendukung kemajuan kotanya yakni destinasi pariwisata, pusat kuliner, dan oleh-oleh khas Pekalongan. Tidak mudah untuk mengarahkan orang dari luar kota untuk sengaja berkunjung bahkan menginap di kota Pekalongan, harus ada visi yang jelas dari Pemkot Pekalongan dan kerjasama dari semua pihak.

Menanggapi hal ini kepala bidang Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan kota Pekalongan Nur Kholis memaparkan bahwa saat ini kota Pekalongan sudah memiliki Perda Rencana Induk Kepariwisataan untuk 15 tahun kedepan, diharapkan agar Perda ini bisa menjadi pijakan dasar (blue print) bagi semua pemangku kepentingan yang ada didalamnya.

sumber : https://infopropertypekalongan.wordpress.com/category/berita-property/

Related Articles